Dinas Margasatwa dan Perikanan Amerika
Serikat mengumumkan usul untuk memasukkan simpanse liar dan peliharaan sebagai
hewan yang terancam punah, langkah yang akan mempengaruhi penggunaan simpanse
dalam penelitian ilmiah pada masa mendatang.
Salah seeorang peneliti yang peduli akan keberadaan
simpanse, Jane Goodall selama sekian tahun belakangan ini, sedang menghimpun
dana untuk menyelamatkan simpanse, dari kandang kolektor atau kerangkeng lab
bioriset. Di Afrika, kini paling banyak masih hidup sekitar 250.000 ekor
simpanse, termasuk simpanse kerdil. Namun populasinya terus merosot mendekati
titik kepunahan. Dalam kampanyenya, Jane selalu memperjuangkan agar
tak ada lagi penangkapan liar simpanse di habitatnya. Sebab simpanse liar
tangkapan langsung dari habitatnya, kini menjadi binatang paling favorit untuk
“kera percobaan” berbagai penyakit manusia, terutama AIDS, karena kemiripannya
dengan bio-anatomi manusia.
Salah satu penggunaan simpanse untuk riset adalah
menggunakannya sebagai hewan uji untuk penelitian dan penemuan obat hepatitis.
Simpanse dan manusia memang berkerabat dekat, sehingga penggunaan simpanse
dalam uji klinis obat akan sangat menguntungkan untuk perkembangan dunia medis.
Namun penggunaan simpanse sebagai hewan uji menyebabkan populasinya di alam
menurun.
"Kami telah membuat banyak kemajuan dalam penelitian
tentang hepatitis menggunakan simpanse," kata direktur Pusat Riset Primata
Nasional Southwest, John VandeBerg kepada The Washington Post dalam sebuah
wawancara yang diterbitkan bulan lalu. Dia mengatakan, percobaan-percobaan itu
menyebabkan perkembangan dari "banyak obat untuk mengobati baik hepatitis
B dan C. Untuk eksperimen-eksperimennya itu, simpanse yang terinfeksi hepatitis
menjalani dua pemeriksaan medis yakni darahnya diambil untuk mengukur tingkat
virus, sementara dua jarum jaringan biopsi diekstrak dari hati hewan-hewan itu
untuk pemeriksaan. Hak-hak binatang yang
dibuat orang tampaknya seperti hal yang mengerikan yang harus dilakukan,"
VandeBerg kata.
Selain itu sekarang ada alternatif adenovirus manusia dibuat
dari sumber yang kurang menyenangkan yaitu kotoran simpanse. "Tubuh
memasang respon kekebalan yang tinggal selama hidupnya," kata Alfredo
Nicosia dari Okairos di Roma, Italia, melapor ke Science Translational Medicine.
Sekarang, Nicosia dan rekan menemukan solusi
menggunakan adenovirus simpanse sebagai gantinya dan sukses eksperimen klinis
vaksin berbasis virus simpanse untuk hepatitis C. Karena kesamaan manusia dan simpanse, adenovirus yang
menginfeksi simpanse mungkin dapat menginfeksi manusia juga. Tetapi yang
penting manusia tidak membangun antibodi terhadap virus. Nicosia mengumpulkan sampel tinja simpanse untuk
diisolasi dan dikarakterisasi hampir 30 serotipe adenovirus berbeda dari
sekitar 1.000 sampel tinja. Tim membuat form virus tidak dapat mereplikasi.
Kemudian uji potensi kekebalan tubuh pada tikus.
0 komentar:
Posting Komentar