Selasa, 20 Januari 2015

Penggunaan Simpanse di Labortorium Pusat Riset Primata Nasional Southwest

Dinas Margasatwa dan Perikanan Amerika Serikat mengumumkan usul untuk memasukkan simpanse liar dan peliharaan sebagai hewan yang terancam punah, langkah yang akan mempengaruhi penggunaan simpanse dalam penelitian ilmiah pada masa mendatang.

Salah seeorang peneliti yang peduli akan keberadaan simpanse, Jane Goodall selama sekian tahun belakangan ini, sedang menghimpun dana untuk menyelamatkan simpanse, dari kandang kolektor atau kerangkeng lab bioriset. Di Afrika, kini paling banyak masih hidup sekitar 250.000 ekor simpanse, termasuk simpanse kerdil. Namun populasinya terus merosot mendekati titik kepunahan. Dalam kampanyenya, Jane selalu memperjuangkan agar tak ada lagi penangkapan liar simpanse di habitatnya. Sebab simpanse liar tangkapan langsung dari habitatnya, kini menjadi binatang paling favorit untuk “kera percobaan” berbagai penyakit manusia, terutama AIDS, karena kemiripannya dengan bio-anatomi manusia.

Salah satu penggunaan simpanse untuk riset adalah menggunakannya sebagai hewan uji untuk penelitian dan penemuan obat hepatitis. Simpanse dan manusia memang berkerabat dekat, sehingga penggunaan simpanse dalam uji klinis obat akan sangat menguntungkan untuk perkembangan dunia medis. Namun penggunaan simpanse sebagai hewan uji menyebabkan populasinya di alam menurun.
"Kami telah membuat banyak kemajuan dalam penelitian tentang hepatitis menggunakan simpanse," kata direktur Pusat Riset Primata Nasional Southwest, John VandeBerg kepada The Washington Post dalam sebuah wawancara yang diterbitkan bulan lalu. Dia mengatakan, percobaan-percobaan itu menyebabkan perkembangan dari "banyak obat untuk mengobati baik hepatitis B dan C. Untuk eksperimen-eksperimennya itu, simpanse yang terinfeksi hepatitis menjalani dua pemeriksaan medis yakni darahnya diambil untuk mengukur tingkat virus, sementara dua jarum jaringan biopsi diekstrak dari hati hewan-hewan itu untuk pemeriksaan. Hak-hak binatang yang dibuat orang tampaknya seperti hal yang mengerikan yang harus dilakukan," VandeBerg kata.

Selain itu sekarang ada alternatif adenovirus manusia dibuat dari sumber yang kurang menyenangkan yaitu kotoran simpanse. "Tubuh memasang respon kekebalan yang tinggal selama hidupnya," kata Alfredo Nicosia dari Okairos di Roma, Italia, melapor ke Science Translational Medicine. Sekarang, Nicosia dan rekan menemukan solusi menggunakan adenovirus simpanse sebagai gantinya dan sukses eksperimen klinis vaksin berbasis virus simpanse untuk hepatitis C. Karena kesamaan manusia dan simpanse, adenovirus yang menginfeksi simpanse mungkin dapat menginfeksi manusia juga. Tetapi yang penting manusia tidak membangun antibodi terhadap virus. Nicosia mengumpulkan sampel tinja simpanse untuk diisolasi dan dikarakterisasi hampir 30 serotipe adenovirus berbeda dari sekitar 1.000 sampel tinja. Tim membuat form virus tidak dapat mereplikasi. Kemudian uji potensi kekebalan tubuh pada tikus.

0 komentar:

Posting Komentar