Tanaman transgenik
merupakan tanaman yang disisipi gen tertentu agar mengekspresikan gen tertentu
yang kita inginkan. Berikut ini merupakan cara rekayasa tanaman tahan hama
menggunakan bakteri Bacillus turingiensis:
1.
Menentukan prioritas jenis atau spesies hama
yang akan dikendalikan dengan tanaman transgenik yang akan dirakit. Untuk
keperluan ini umumnya akan dicari hama yang tidak mempunyai sumber gen tahan
dari spesies tanaman inangnya, misalnya hama penggerek batang padi, penggerek
batang jagung, hama kepik, dan hama pengisap polong. Setelah itu ditentukan
kandidat gen tahan yang akan dipakai yaitu Bt-toksin. Bila menggunakan
Bt-toksin maka ditentukan gen Bt atau gen cry yang akan digunakan untuk
menghambat pertumbuhan serangga dengan mengganggu proses pencernaannya.
2.
Setelah gen yang diinginkan didapat maka
dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan
kloning gen, DNA yang mengkode protein cry akan dimasukkan ke dalam vektor
kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid Bacillus thuringiensis. Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke
dalam bakteri sehingga DNA tersebut dapat diperbanyak seiring dengan
perkembangbiakan bakteri.
3.
Apabila gen yang diinginkan telah
diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen tersebut
ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah
bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri
Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan
bantuan listrik
4.
Setelah proses transfer DNA selesai,
dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen
asing. Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum
terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila telah
terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan
sifat baru tanaman dapat diamati
0 komentar:
Posting Komentar