Selasa, 08 Juli 2014

Distribusi Dalam Waktu

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Permukaaan bumi dihuni oleh berbagai ragam organisme, baik yang berada di ekosistem perairan maupun di ekosistem daratan. Masing-masing kelompok organisme yang ada, dapat dibedakan satu dengan yang lainnya. Organisme yang dianggap sebagai satu-satuan makhluk hidup ini dinamakan individu. Misalnya seorang manusia, seekor kuda, sebuah pohon mangga, dan lain-lain (Subagja et al, 2001).
Sebagai kelompok dari organisme yang menempati suatu areal secara bersamaan, populasi dapat mempunyai beberapa karakter atau sifat yang belum tentu sama dengan populasi organisme lain. Apabila membicarakan populasi, kita harus menyebutkan jenis individu yang dibicarakan serta batas waktu dan tempat. Misalnya, populasi rusa yang ada di istana Bogor pada bulan Agustus tahun 1998 atau populasi ayam yang ada dipeternakan ayam  pada bulan Juli tahun 1998. Bahkan seringkali, populasi tidak hanya menyangkut jenis individu, waktu dan tempat, melainkan juga berkaitan dengan kuantitas, misalnya jumlah kelinci (Lepus sp.) pada suatu daerah dibulan Februari tahun 1990 dan sebagainya (Subagja dkk, 2001).
Setiap populasi memiliki pola persebaran atau ditribusi yang berbeda-beda. Organisme dalam populasi terdistribusi tidak hanya dalam ruang, tetapi juga dalam waktu. Distribusi temporal bias berupa sirkadian, berdasarkan perubahan harian dalam gelap dan terang. Ritme lingkungan berdasarkan gelap dan terang adalah respon untuk pergerakan harian dari beberapa populasi hewan, seperti serangga yang mencari nektar dalam membuka bunga dan pergerakan harian dari plankton dari bawah menuju permukaan air (Smith, 1990). Oleh karena itu, selain mempelajari distribusi dalam ruang, kita juga perlu mempelajari distribusi dalam waktu.

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud distribusi makhluk hidup
2.      Untuk mengetahui pola distribusi makhluk hidup dalam waktu
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola distribusi makhluk hidup dalam waktu

C.    Rumusan Masalah
1.      Apa dimaksud distribusi makhluk hidup?
2.      Bagaimana pola distribusi makhluk hidup dalam waktu?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pola distribusi makhluk hidup dalam waktu?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian distribusi makhluk hidup
Dispersal merupakan komponen dinamika populasi yang menjamin kelangsungan jangka panjang populasi dan jenis hewan. Dispersal adalah perpindahan hewan dari tempat kelahirannya ke daerah baru untuk hidup dan bereproduksi. Perpindahan dalam dispersal bersifat satu arah tanpa perjalanan pulang ke tempat asalnya. Perpindahan hewan yang kembali ke tempat asalnya disebut migrasi (Nybakken, 1988).
Biogeografi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran organisme di muka bumi. Organisme yang dipelajari mencakup organisme yang masih hidup dan organisme yang sudah punah. Dalam biogeografi dipelajari bahwa penyebaran organisme dari suatu tempat ke tempat lainnya melintasi berbagai faktor penghalang. Faktor-faktor penghalang ini menjadi pengendali penyebaran organisme. Faktor penghalang yang utama adalah iklim dan topografi. Selain itu, faktor penghalang reproduksi dan endemisme menjadi pengendali penyebaran organisme.
Studi tentang penyebarn spesies menunjukkan, spesies-spesies  berasal dari suatu tempat, namun selanjutnya menyebar ke berbagai daerah. Organisme tersebut kemudian mengadakan diferensiasi menjadi subspesies baru dan spesies yang cocok terhadap daerah yang ditempatinya.
Akibat dari hal tersebut di atas maka di permukaan bumi ini terbentuk kelompok-kelompok hewan dan tumbuhan yang menempati daerah yang berbeda-beda. Luas daerah yang dapat ditempati tumbuhan maupun hewan, berkaitan dengan kesempatan dan kemampuan mengadakan penyebaran. Biogeografi mempelajari penyebaran hewan maupun tumbuhan di permukaan bumi. Ilmu yang mempelajari peyebaran hewan di permukaan bumi disebut zoogeografi.
Penyebaran hewan berdasarkan luas cakupannya dapat dibedakan menjadi cakupan geografis, cakupan geologis, dan cakupan ekologis. Cakupan geografis yaitu daerah penyebarannya meliputi daratan dan sistem perairan. Cakupan geologis, yaitu keadaan daratan dan lautan di masa lampau. Cakupan ekologis adalah daerah penyebarannya dengan kondisi lingkungan yang sesuai (Sugianto, 1994).

B.     Pola distribusi makhluk hidup dalam waktu
Sebagian besar organisme tersebar pada beberapa tahap dari siklus hidup mereka. Mereka meninggalkan lingkungan asal mereka baik secara permanen maupun musiman untuk habitat yang lebih sesuai. Perpindahan tersebut sangat penting untuk kelangsungan hidup individu, khususnya yang muda, yaitu kelompok yang paling rentan untuk menyebar, karena tidak ada ruang untuk semua dalam lingkungan asal mereka (Backus, 1986).
Dalam skala ruang dan waktu yang berlangsung secara berulang kali dengan teratur, pola distribusi tumbuhan Angiospermae telah bermigrasi dari belahan bumi bagian selatan ke utara yang secara fitogeografis proses tersebut adalah sebagai bagian dari proses evolusi organis (Cox and Moore, 1973).
Dalam proses evolusi, skala waktu juga sering turut menunjang proses seleksi alam dan mutasi dalam antisipasi tumbuhan untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Dengan kemampuan adaptasi tersebut, pola distribusi vegetasi dari "spesies baru” biasanya mempunyai daya pemencaran spasial yang lebih luas (Hoshizaki and Moran, 2001).
Faktor amplitudo ekologi suatu jenis tumbuhan sering dipengaruhi perubahan waktu (temporal), yang dapat menentukan dan mempengaruhi distribusi vegetasinya, contohnya adalah tumbuhan yang reproduksinya berlangsung secara generatif (seksual), proses hibridisasi antara jenis tumbuhan yang sejenis akan menghasilkan keturunan yang secara genetik sama.tetapi karena terjadi perubahan kondisi lingkungannya, tumbuhan tersebut harus beradaptasi sesuai dengan lingkungannya dan amplitude ekologinya yang baru dengan perangkat genetik baru pula sebagai hasil seleksi alam atau mutasi
Pergerakan migrasi dibagi menjadi tiga kategori, yang paling sering terjadi adalah pengulangan perjalanan kembali yang telah dibuat oleh individu. Seperti migrasi harian atau tahunan, jangka pendek atau jngka panjang. Zooplankton dalam lautan bergerak ke bawah menuju wilayah yang lebih dalam seharian dan bergerak ke permukaan pada malam hari. Pergerakan ini muncul sebagai respon terhadap intensitas cahaya. Kelelawar meninggalkan tempat tinggal mereka pada sore hari untuk berkelana mencari makan dan kembali saat fajar muncul. Cacing tanah secara tahunan melakukan  migrasi vertikal lebih dalam ke dalam tanah untuk menghabiskan musim dingin dan kembali ke atas permukaan tanah pada musim gugur dan panas. Rusa bagal di pegunungan barat bergerak dari musim panas permukaan lereng utara menuju ke tempat yang dingin.
Tipe kedua dari migrasi adalah hanya satu perjalanan kembali. Seperti migrasi yang umum untuk beberapa spesies salmon daerah Pasifik. Ikan salmon menetas di laut kemudian melakukan migrasi menuju sungai, lalu tumbuh hingga dewasa dan kembali ke laut untuk bereproduksi dan kemudian akan mati.
Tipe ketiga dari migrasi contohnya pada kupu-kupu monarch, melakukan migrasi dan tidak kembali ke utara namun keturunannya yang kembali ketempat asalnya. Sekitar 70% generasi kupu-kupu monarch terakhir pada musim panas bergerak menuju selatan untuk musim dingin di tanah tinggi Meksiko, perjalanan ini melintasi sekitar 14000 km. Dari musim dingin bergerak pada bulan Januari dan tiba di kedalaman selatan Amerika diawal musim gugur mereka memulai untuk generasi yang baru (Sugianto, 1994).

C.    Faktor-faktor yang mempengaruhi pola distribusi makhluk hidup dalam waktu
Alasan untuk melakukan migrasi bervariasi pada setiap spesies. Termasuk kondisi cuaca yang ekstrim, perubahan suhu dan fotoperiodik lingkungan,  kompetisi intraspesifik dan interspesifik untuk sumber daya, predasi dan parastisme, dan perubahan dari ketersediaan makanan, tempat tinggal dan sumber daya lainnya. Penyebaran hewan dapat pula berhubungan dengan periode waktu yang lebih panjang seperti siklus tahunan, tahap-tahap suksesi, atau perubahan evolusi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola distribusi makhluk hidup dalam waktu, yaitu:
·      Faktor Biotik
Merupakan, faktor hidup, atau terkait dengan kehidupan. Yang termasuk biotik yaitu manusia, hewan (fauna), tanaman (flora), jamur, protista dan bakteri.
Makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam persebaran tumbuhan. Terutama manusia dengan ilmu dan teknologi yang dimilikinya dapat melakukan persebaran tumbuhan dengan cepat dan mudah. Hutan kota merupakan jenis hutan yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor biotik, terutama manusia. Manusia juga mampu mempengaruhi kehidupan fauna di suatu tempat dengan melakukan perlindungan atau perburuan binatang. Hal ini menunjukan bahwa faktor manusia berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna di dunia ini. Contohnya: daerah hutan diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan melakukan penebangan, reboisasi,atau pemupukan.
Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya. hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora. contohnya: serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai membantu dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya.
·         Faktor Abiotik
Merupakan, komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati. Yang termasuk komponen abiotik adalah, tanah, batu dan iklim, hujan, suhu, kelembaban, angin, serta matahari. Abiotik tidak memiliki ciri sebagaimana faktor biotik, seperti bernapas, tumbuh, berkembang biak, makan dan minum, berekresi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Faktor abiotik adalah faktor pendorong untuk biotik sehingga biotik dapat hidup dan melakukan aktivitas.
Garis lintang bumi (lattude) menunjukkan terdapatnya 4 wilayah iklim di bumi, yaitu tropis, subtropis, dingin, dan kutub. Perbedaan iklim tersebut, selain jenis tanahnya akan memberikan perbedaan jenis tumbuhan yang hidup di sana karena faktor adaptasi dengan lingkungan. Dengan ketinggian lahan dari permukaan laut sampai ke puncak gunung yang paling tinggi (altitude) juga menunjukkan perbedaan iklim yang mirip, yang menyebabkan pada dataran rendah sampai ke dataran tinggi didiami oleh tumbuhan yang berbeda-beda.
Pada persebaran hewan lebih ditentukan oleh letak/wilayah geografis (zoogeografis). Di bumi, daerah persebaran hewan (zoogeografi) dibedakan menjadi enam lokasi berdasarkan persamaan fauna, yaitu: 1) Palearktik (palearctic) yang meliputi Asia sebelah utara Himalaya, Eropa dan Afrika, dan Gurun Sahara sebelah Utara, 2) Nearktik (nearctic) yaitu Amerika Utara, 3) Neotropis (neotropical) yaitu Amerika Selatan bagian tengah, 4) Oriental meliputi Asia dan Himalaya bagian Selatan; 5) Etiopia (ethiopian) yaitu Afrika, dan 6) Australia (australian) meliputi Australia dan pulau-pulau sekitarnya.
·         Faktor Sejarah Geologi
Kira-kira 200  juta tahun yang lalu, yaitu pada periode jurasik awal, benua-benua utama bersatu dalam superbenua (supercontinent) yang disebut Pangaea. Hipotesis ini disampaikan seorang ilmuwan Jerman. Alfred Weneger pada tahun 1915. hipotesis ini disampaikan lewat bukunya yang berjudul Asal-usul Benua-benua dan Lautan.
Pada awal tahun 1960-an, bukti-bukti mengenai pergerakan/pergeseran benua (continental drift) berhasil ditemukan. Benua-benua yang tergabung dalam Pangea mulai memisah secara bertahap. Terbukanya laut Atlantik Selatan dimulai kira-kira 125-130 juta tahun lalu, sehingga Afrika dan Amerika  Selatan bersatu secara langsung. Namun, Amerika Selatan juga telah bergerak perlahan ke Amerika Barat dan keduanya dihubungkan tanah genting Panama. Ini terjadi kira-kira 3,6 juta tahun yang lalu. Saat “jembatan” Panama terbentuk secara sempurna, beberapa hewan dan tumbuhan dari Amerika Selatan termasuk Oposum dan Armadillo bermigrasi ke Amerika Barat. Pada saat yang bersamaan beberapa hewn dan tumbuhan dari Amerika Barat seperti oak, hewan rusa, dan beruang bermigrasi ke Amerika Selatan. Jadi perubahan posisi baik dalam skala besar maupun kecil berpengaruh besar dalam pola distribusi organisme, seperti yang kita saksikan saat ini. Contoh lain adalah burung-burung yang tidak dapat terbang, misalnya ostriks, rhea, emu, kasuari dan kiwi terlihat memiliki divergensi percabangan sangat awal dalam perjalanan evolusi dari semua kelompok burung lainnya. Akibatnya terjadilah subspesies tadi.
Australia adalah contoh yang sesuai untuk mengetahui bagaimana gerakan benua-benua memengaruhi sifat dan distribusi organisme. Sampai kira-kira 53 juta tahun lalu, Australia dihubungkan dengan Antartika. Hewan khas Australi, yaitu mamalia berkantung (marsupialia), yang ada pula meski sedikit di Amerika Selatan, secara nyata terlihat sudah bergerak di antara kedua benua ini lewat Antartika.
·         Faktor Penghambat Fisik
Faktor penghambat fisik disebut juga penghalang geografi atau barrier (isolasi geografi) seperti daratan (land barrier), perairan (water barrier), dan penggentingan daratan (isthmus). Contohnya adalah: gunung yang tinggi, padang pasir, sungai atau lautan membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies. Contoh kasusnya adalah terjadinya subspesies burung finch di kepulauan Galapagos akibat isolasi geografis. Di kepulauan tersebut, Charles Darwin menemukan 14 spesies burung finch yang diduga berasal dari satu jenis burung finch dari Amerika Selatan. Perbedaan burung finch tersebut akibat keadaan lingkungan yang berbeda. Perbedaannya terletak pada ukuran dan bentuk paruhnya. Perbedaan ini ada hubungannya dengan jenis makanan
(
Sugianto, 1994).


BAB III
KESIMPULAN

Simpulan dari makalah ekologi distribusi dalam waktu, yaitu :
1.        Dispersal atau distribusi merupakan komponen dinamika populasi yang menjamin kelangsungan jangka panjang populasi dan jenis hewan. Dispersal adalah perpindahan hewan dari tempat kelahirannya ke daerah baru untuk hidup dan bereproduksi. Perpindahan dalam dispersal bersifat satu arah tanpa perjalanan pulang ke tempat asalnya.
2.        Pola distribusi makhluk hidup sebagian besar tersebar pada beberapa tahap dari siklus hidup mereka. Mereka meninggalkan lingkungan asal mereka baik secara permanen maupun musiman untuk habitat yang lebih sesuai. Perpindahan tersebut sangat penting untuk kelangsungan hidup individu.
3.        Faktor-faktor yang mempengaruhi pola distribusi makhluk hidup dalam waktu, yaitu factor biotik (organisme), factor abiotik (lingkungan), faktor sejarah geologi dan faktor penghambat fisik.


Daftar Pustaka

Backus, R.H. 1986. Biogeography Bound-Aries In The Open Sea Pelagic Bio-Geography. UNESCO, France.
Cox, C.B. and P.D. Moore. 1973. Bio-geography an ecological and evoluntary approach. Blackwell Sci. Pub, London.
Hoshizaki, B. J and R. C. Moran. 2001. Fern Grower‟s Manual. Timber Press, Portland.
Nybakken, W. 1988. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. PT. Gramedia, Jakarta.
Smith, R.L. 1990. Ecology and Field Biology Fourth Edition. West Virginia University, USA.
Subagja, Y ; S.W. Utomo, dan S.A. Khalif. 2001. Ekologi. Universitas Terbuka Pusat Penerbitan, Jakarta.
Sugianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis Populasi Komunitas. Usaha Nasional, Jakarta.





0 komentar:

Posting Komentar