BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Permukaaan bumi dihuni
oleh berbagai ragam organisme, baik yang berada di ekosistem perairan maupun di
ekosistem daratan. Masing-masing kelompok organisme yang ada, dapat dibedakan
satu dengan yang lainnya. Organisme yang dianggap sebagai satu-satuan makhluk
hidup ini dinamakan individu. Misalnya seorang manusia, seekor kuda, sebuah
pohon mangga, dan lain-lain (Subagja et al, 2001).
Sebagai kelompok dari
organisme yang menempati suatu areal secara bersamaan, populasi dapat mempunyai
beberapa karakter atau sifat yang belum tentu sama dengan populasi organisme
lain. Apabila membicarakan populasi, kita harus menyebutkan jenis individu yang
dibicarakan serta batas waktu dan tempat. Misalnya, populasi rusa yang ada di
istana Bogor pada bulan Agustus tahun 1998 atau populasi ayam yang ada
dipeternakan ayam pada bulan Juli tahun
1998. Bahkan seringkali, populasi tidak hanya menyangkut jenis individu, waktu
dan tempat, melainkan juga berkaitan dengan kuantitas, misalnya jumlah kelinci
(Lepus sp.) pada suatu daerah dibulan
Februari tahun 1990 dan sebagainya (Subagja dkk, 2001).
Setiap populasi
memiliki pola persebaran atau ditribusi yang berbeda-beda. Organisme dalam
populasi terdistribusi tidak hanya dalam ruang, tetapi juga dalam waktu.
Distribusi temporal bias berupa sirkadian, berdasarkan perubahan harian dalam
gelap dan terang. Ritme lingkungan berdasarkan gelap dan terang adalah respon
untuk pergerakan harian dari beberapa populasi hewan, seperti serangga yang
mencari nektar dalam membuka bunga dan pergerakan harian dari plankton dari bawah
menuju permukaan air (Smith, 1990). Oleh karena itu, selain mempelajari
distribusi dalam ruang, kita juga perlu mempelajari distribusi dalam waktu.
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud distribusi makhluk hidup
2. Untuk
mengetahui pola distribusi makhluk hidup dalam waktu
3. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola distribusi makhluk hidup dalam
waktu
C.
Rumusan
Masalah
1. Apa
dimaksud distribusi makhluk hidup?
2. Bagaimana
pola distribusi makhluk hidup dalam waktu?
3. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi pola distribusi makhluk hidup dalam waktu?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
distribusi makhluk hidup
Dispersal merupakan
komponen dinamika populasi yang menjamin kelangsungan jangka panjang populasi
dan jenis hewan. Dispersal adalah perpindahan hewan dari tempat kelahirannya ke
daerah baru untuk hidup dan bereproduksi. Perpindahan dalam dispersal bersifat
satu arah tanpa perjalanan pulang ke tempat asalnya. Perpindahan hewan yang
kembali ke tempat asalnya disebut migrasi
(Nybakken, 1988).
Biogeografi adalah
ilmu yang mempelajari tentang penyebaran organisme di muka bumi. Organisme yang
dipelajari mencakup organisme yang masih hidup dan organisme yang sudah punah. Dalam
biogeografi dipelajari bahwa penyebaran organisme dari suatu tempat ke tempat
lainnya melintasi berbagai faktor penghalang. Faktor-faktor penghalang ini
menjadi pengendali penyebaran organisme. Faktor penghalang yang utama adalah
iklim dan topografi. Selain itu, faktor penghalang reproduksi dan endemisme
menjadi pengendali penyebaran organisme.
Studi
tentang penyebarn spesies menunjukkan, spesies-spesies berasal dari suatu
tempat, namun selanjutnya menyebar ke berbagai daerah. Organisme tersebut
kemudian mengadakan diferensiasi menjadi subspesies baru dan spesies yang cocok
terhadap daerah yang ditempatinya.
Akibat
dari hal tersebut di atas maka di permukaan bumi ini terbentuk
kelompok-kelompok hewan dan tumbuhan yang menempati daerah yang berbeda-beda.
Luas daerah yang dapat ditempati tumbuhan maupun hewan, berkaitan dengan kesempatan dan kemampuan mengadakan penyebaran.
Biogeografi mempelajari penyebaran hewan maupun tumbuhan di permukaan bumi.
Ilmu yang mempelajari peyebaran hewan di permukaan bumi disebut zoogeografi.
Penyebaran
hewan berdasarkan luas cakupannya dapat dibedakan menjadi cakupan geografis,
cakupan geologis, dan cakupan ekologis. Cakupan geografis yaitu daerah
penyebarannya meliputi daratan dan sistem perairan. Cakupan geologis, yaitu
keadaan daratan dan lautan di masa lampau. Cakupan ekologis adalah daerah
penyebarannya dengan kondisi lingkungan yang sesuai (Sugianto,
1994).
B.
Pola
distribusi makhluk hidup dalam waktu
Sebagian besar
organisme tersebar pada beberapa tahap dari siklus hidup mereka. Mereka meninggalkan
lingkungan asal mereka baik secara permanen maupun musiman untuk habitat yang
lebih sesuai. Perpindahan tersebut sangat penting untuk kelangsungan hidup
individu, khususnya yang muda, yaitu kelompok yang paling rentan untuk
menyebar, karena tidak ada ruang untuk semua dalam lingkungan asal mereka
(Backus, 1986).
Dalam skala ruang dan
waktu yang berlangsung secara berulang kali dengan teratur, pola distribusi
tumbuhan Angiospermae telah bermigrasi dari belahan bumi bagian selatan ke
utara yang secara fitogeografis proses tersebut adalah sebagai bagian dari
proses evolusi organis (Cox and Moore, 1973).
Dalam proses evolusi,
skala waktu juga sering turut menunjang proses seleksi alam dan mutasi dalam
antisipasi tumbuhan untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Dengan kemampuan
adaptasi tersebut, pola distribusi vegetasi dari "spesies baru” biasanya
mempunyai daya pemencaran spasial yang lebih luas (Hoshizaki and Moran, 2001).
Faktor amplitudo
ekologi suatu jenis tumbuhan sering dipengaruhi perubahan waktu (temporal),
yang dapat menentukan dan mempengaruhi distribusi vegetasinya, contohnya adalah
tumbuhan yang reproduksinya berlangsung secara generatif (seksual), proses
hibridisasi antara jenis tumbuhan yang sejenis akan menghasilkan keturunan yang
secara genetik sama.tetapi karena terjadi perubahan kondisi lingkungannya,
tumbuhan tersebut harus beradaptasi sesuai dengan lingkungannya dan amplitude
ekologinya yang baru dengan perangkat genetik baru pula sebagai hasil seleksi
alam atau mutasi
Pergerakan migrasi
dibagi menjadi tiga kategori, yang paling sering terjadi adalah pengulangan perjalanan
kembali yang telah dibuat oleh individu. Seperti migrasi harian atau tahunan,
jangka pendek atau jngka panjang. Zooplankton dalam lautan bergerak ke bawah
menuju wilayah yang lebih dalam seharian dan bergerak ke permukaan pada malam
hari. Pergerakan ini muncul sebagai respon terhadap intensitas cahaya.
Kelelawar meninggalkan tempat tinggal mereka pada sore hari untuk berkelana
mencari makan dan kembali saat fajar muncul. Cacing tanah secara tahunan
melakukan migrasi vertikal lebih dalam
ke dalam tanah untuk menghabiskan musim dingin dan kembali ke atas permukaan
tanah pada musim gugur dan panas. Rusa bagal di pegunungan barat bergerak dari musim
panas permukaan lereng utara menuju ke tempat yang dingin.
Tipe kedua dari migrasi adalah
hanya satu perjalanan kembali. Seperti migrasi yang umum untuk beberapa spesies
salmon daerah Pasifik. Ikan salmon menetas di laut kemudian melakukan migrasi
menuju sungai, lalu tumbuh hingga dewasa dan kembali ke laut untuk bereproduksi
dan kemudian akan mati.
Tipe ketiga dari
migrasi contohnya pada kupu-kupu monarch, melakukan migrasi dan tidak kembali
ke utara namun keturunannya yang kembali ketempat asalnya. Sekitar 70% generasi
kupu-kupu monarch terakhir pada musim panas bergerak menuju selatan untuk musim
dingin di tanah tinggi Meksiko, perjalanan ini melintasi sekitar 14000 km. Dari
musim dingin bergerak pada bulan Januari dan tiba di kedalaman selatan Amerika
diawal musim gugur mereka memulai untuk generasi yang baru (Sugianto,
1994).
C.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pola distribusi makhluk hidup dalam waktu
Alasan untuk melakukan migrasi
bervariasi pada setiap spesies. Termasuk kondisi cuaca yang ekstrim, perubahan
suhu dan fotoperiodik lingkungan,
kompetisi intraspesifik dan interspesifik untuk sumber daya, predasi dan
parastisme, dan perubahan dari ketersediaan makanan, tempat tinggal dan sumber daya
lainnya. Penyebaran hewan dapat pula berhubungan dengan periode waktu yang
lebih panjang seperti siklus tahunan, tahap-tahap suksesi, atau perubahan
evolusi.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pola distribusi makhluk hidup dalam
waktu, yaitu:
· Faktor Biotik
Merupakan,
faktor hidup, atau terkait dengan kehidupan. Yang termasuk biotik yaitu
manusia, hewan (fauna), tanaman (flora), jamur, protista dan bakteri.
Makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam persebaran tumbuhan. Terutama manusia
dengan ilmu dan teknologi yang dimilikinya dapat melakukan persebaran tumbuhan
dengan cepat dan mudah. Hutan kota merupakan jenis hutan yang lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor biotik, terutama manusia. Manusia juga mampu mempengaruhi
kehidupan fauna di suatu tempat dengan melakukan perlindungan atau perburuan
binatang. Hal ini menunjukan bahwa faktor manusia berpengaruh terhadap
kehidupan flora dan fauna di dunia ini. Contohnya: daerah hutan diubah menjadi
daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan melakukan penebangan,
reboisasi,atau pemupukan.
Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya. hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora. contohnya: serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai membantu dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya.
Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya. hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora. contohnya: serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai membantu dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya.
·
Faktor Abiotik
Merupakan,
komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati. Yang termasuk komponen
abiotik adalah, tanah, batu dan iklim, hujan, suhu, kelembaban, angin, serta
matahari. Abiotik tidak memiliki ciri sebagaimana faktor biotik, seperti
bernapas, tumbuh, berkembang biak, makan dan minum, berekresi dan beradaptasi
dengan lingkungannya. Faktor abiotik adalah faktor pendorong untuk biotik
sehingga biotik dapat hidup dan melakukan aktivitas.
Garis
lintang bumi (lattude) menunjukkan terdapatnya 4 wilayah iklim di bumi,
yaitu tropis, subtropis, dingin, dan kutub. Perbedaan iklim tersebut, selain
jenis tanahnya akan memberikan perbedaan jenis tumbuhan yang hidup di sana
karena faktor adaptasi dengan lingkungan. Dengan ketinggian lahan dari
permukaan laut sampai ke puncak gunung yang paling tinggi (altitude) juga
menunjukkan perbedaan iklim yang mirip, yang menyebabkan pada dataran rendah
sampai ke dataran tinggi didiami oleh tumbuhan yang berbeda-beda.
Pada
persebaran hewan lebih ditentukan oleh letak/wilayah geografis (zoogeografis).
Di bumi, daerah persebaran hewan (zoogeografi) dibedakan menjadi enam lokasi
berdasarkan persamaan fauna, yaitu: 1) Palearktik (palearctic) yang
meliputi Asia sebelah utara Himalaya, Eropa dan Afrika, dan Gurun Sahara
sebelah Utara, 2) Nearktik (nearctic) yaitu Amerika Utara, 3) Neotropis
(neotropical) yaitu Amerika Selatan bagian tengah, 4) Oriental meliputi
Asia dan Himalaya bagian Selatan; 5) Etiopia (ethiopian) yaitu Afrika,
dan 6) Australia (australian) meliputi Australia dan pulau-pulau
sekitarnya.
·
Faktor Sejarah Geologi
Kira-kira
200 juta tahun yang lalu, yaitu pada periode jurasik awal, benua-benua
utama bersatu dalam superbenua (supercontinent) yang disebut Pangaea.
Hipotesis ini disampaikan seorang ilmuwan Jerman. Alfred Weneger pada tahun
1915. hipotesis ini disampaikan lewat bukunya yang berjudul Asal-usul
Benua-benua dan Lautan.
Pada awal
tahun 1960-an, bukti-bukti mengenai pergerakan/pergeseran benua (continental
drift) berhasil ditemukan. Benua-benua yang tergabung dalam Pangea mulai
memisah secara bertahap. Terbukanya laut Atlantik Selatan dimulai kira-kira
125-130 juta tahun lalu, sehingga Afrika dan Amerika Selatan bersatu
secara langsung. Namun, Amerika Selatan juga telah bergerak perlahan ke Amerika
Barat dan keduanya dihubungkan tanah genting Panama. Ini terjadi kira-kira 3,6
juta tahun yang lalu. Saat “jembatan” Panama terbentuk secara sempurna,
beberapa hewan dan tumbuhan dari Amerika Selatan termasuk Oposum dan Armadillo
bermigrasi ke Amerika Barat. Pada saat yang bersamaan beberapa hewn dan
tumbuhan dari Amerika Barat seperti oak, hewan rusa, dan beruang bermigrasi ke
Amerika Selatan. Jadi perubahan posisi baik dalam skala besar maupun kecil
berpengaruh besar dalam pola distribusi organisme, seperti yang kita saksikan
saat ini. Contoh lain adalah burung-burung yang tidak dapat terbang, misalnya
ostriks, rhea, emu, kasuari dan kiwi terlihat memiliki divergensi percabangan
sangat awal dalam perjalanan evolusi dari semua kelompok burung lainnya.
Akibatnya terjadilah subspesies tadi.
Australia
adalah contoh yang sesuai untuk mengetahui bagaimana gerakan benua-benua
memengaruhi sifat dan distribusi organisme. Sampai kira-kira 53 juta tahun
lalu, Australia dihubungkan dengan Antartika. Hewan khas Australi, yaitu
mamalia berkantung (marsupialia), yang ada pula meski sedikit di Amerika
Selatan, secara nyata terlihat sudah bergerak di antara kedua benua ini lewat
Antartika.
·
Faktor Penghambat Fisik
Faktor
penghambat fisik disebut juga penghalang geografi atau barrier (isolasi
geografi) seperti daratan (land barrier), perairan (water barrier),
dan penggentingan daratan (isthmus). Contohnya adalah: gunung yang
tinggi, padang pasir, sungai atau lautan membatasi penyebaran dan kompetisi
dari suatu spesies. Contoh kasusnya adalah terjadinya subspesies burung finch
di kepulauan Galapagos akibat isolasi geografis. Di kepulauan tersebut, Charles
Darwin menemukan 14 spesies burung finch yang diduga berasal dari satu jenis
burung finch dari Amerika Selatan. Perbedaan burung finch tersebut akibat
keadaan lingkungan yang berbeda. Perbedaannya terletak pada ukuran dan bentuk
paruhnya. Perbedaan ini ada hubungannya dengan jenis makanan
(Sugianto, 1994).
(Sugianto, 1994).
BAB
III
KESIMPULAN
Simpulan
dari makalah ekologi distribusi dalam waktu, yaitu :
1.
Dispersal atau distribusi merupakan
komponen dinamika populasi yang menjamin kelangsungan jangka panjang populasi
dan jenis hewan. Dispersal adalah perpindahan hewan dari tempat kelahirannya ke
daerah baru untuk hidup dan bereproduksi. Perpindahan dalam dispersal bersifat
satu arah tanpa perjalanan pulang ke tempat asalnya.
2.
Pola distribusi makhluk
hidup sebagian besar tersebar pada beberapa tahap dari siklus hidup mereka.
Mereka meninggalkan lingkungan asal mereka baik secara permanen maupun musiman
untuk habitat yang lebih sesuai. Perpindahan tersebut sangat penting untuk
kelangsungan hidup individu.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola
distribusi makhluk hidup dalam waktu, yaitu factor biotik (organisme), factor
abiotik (lingkungan), faktor sejarah geologi dan faktor
penghambat fisik.
Daftar Pustaka
Backus, R.H. 1986. Biogeography Bound-Aries In The Open Sea Pelagic Bio-Geography. UNESCO,
France.
Cox, C.B. and P.D.
Moore. 1973. Bio-geography an ecological and evoluntary approach. Blackwell
Sci. Pub, London.
Hoshizaki, B. J and R.
C. Moran. 2001. Fern Grower‟s Manual. Timber Press, Portland.
Nybakken, W. 1988. Biologi
laut: Suatu pendekatan ekologis. PT. Gramedia, Jakarta.
Smith, R.L. 1990. Ecology and Field Biology Fourth Edition.
West Virginia University, USA.
Subagja, Y ; S.W.
Utomo, dan S.A. Khalif. 2001. Ekologi.
Universitas Terbuka Pusat Penerbitan, Jakarta.
Sugianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis
Populasi Komunitas. Usaha Nasional, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar