BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ekosistem adalah
suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling memengaruhi.
Dalam ekosistem, organisme
dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu
sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya
organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian
ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya
mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem
kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan".Hal ini
mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat
terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya (Hamid, 2010).
Kehadiran,
kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat
ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada
dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut
dengan hukum toleransi.Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap
suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu
bambu.Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun
asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber
makanannya.Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar
kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir, mengembangkan
teknologi dan memanipulasi alam (Farb, 1985).
Dalam
penyebarannya individu-individu itu dapat berada dalam kelompok - kelompok, dan
kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain. Pemisahan
kelompok-kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau kondisi cuaca
yang menyebabkan individu antar kelompok tidak dapat saling berhubungan untuk
melakukan tukar menukar informasi genetik. Populasi-populasi yang hidup secara
terpisah ini di sebut deme. Sebagai contoh, populasi banteng di Pulau Jawa
terpisah menjadi dua subpopulasi, yang satu terdapat di kawasan Taman Nasional
Baluran yang terletak di ujung timur, yang lain terdapat di kawasan Taman
Nasional Ujung Kulon yang berada di ujung barat Pulau Jawa. Jika isolasi
geografis atau cuaca itu menyebabkan hewan sama sekali tidak dapat melakukan
pertukaran informasi genetik, maka antara kelompok yang satu dengan yang lain
bisa terdapat variasi-variasi genetik sebagai akibat seleksi alam yang terjadi
di tempat masing-masing. Namun, jika ada kejadian yang memungkinkan dua
populasi yang terpisah dapat bersatu, pertukaran informasi genetik dapat
berlangsung ( Farb, 1985).
Biogeografi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari penyebaran makhluk hidup di seluruh
permukaan bumi. Biogeografi mempelajari geografi semua kehidupan dalam konteks
spesial dan temporal selama masa lampau,geologis sampai masa sekarang,kemampuan
beradaptasi dan kemampuan bermigrasi.Segala kehidupan di bumi merupakan bagian
dari suatu sistem besar yang saling berinteraksi dan bergantung pada komponen
hayati dan non hayati.Penyebaran makhluk hidup di permukaan bumi ini tidak
merata.Penyebaran tergantung pada beberapa faktor yaitu ; sejarah geologi, iklim,
topografi, morfologi, kesuburan tanah, keadaan air dan manusia (Farb, 1985).
1.2
Tujuan
1. Mengetahui
distribusi organisme dalam ruang
2. Mengetahui
faktor yang mempengaruhi distribusi organisme dalam ruang
1.3
Rumusan Masalah
1. Bagaiman
mengetahui distribusi organisme dalam ruang ?
2. Bagaimana
faktor yang mempengaruhi distribusi organisme dalam ruang ?
BAB II
ISI
2.1
Biogeografi
Biogeografi yaitu ilmu yang
mempelajari tentang persebaran organisme baik flora dan fauna yang ada di permukaan bumi. Biogeografi juga merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
makhluk hidup dan geografi, dalam penyebaran atau distribusi makhluk
hidup di bagian bumi termasuk asal dan cara penyebarannya. Penyebaran makhluk
hidup dibedakan atas penyebaran hewan dan tumbuhan. Pengetahuan
biogeografi erat kaitannya dengan klimatologi dan paleontologi. Dalam
pengertiannya biogeografi diartikan suatu studi yang mempelajari distribusi
atau sebaran geografi hewan dan tumbuhan di permukaan
bumi. Faktor-faktor lingkungan seperti suhu, curah hujan, jenis
tanah dan topografi sangat mempengaruhi pola distribusi dari suatu makhluk
hidup.
2.2
Distribusi
Setiap organisme
didalam habitatnya selalu dipengaruhi oleh berbagai hal disekelilingnya. Setiap
faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan
organisme tersebut disebut faktor lingkungan. Lingkungan mempunyai dimensi
ruang dan waktu, yang berarti kondisi lingkungan tidak mungkin seragam baik
dalam arti ruang maupun waktu. Kondisi lingkungan akan berubah sejalan dengan
perubahan ruang, dan akan berubah pula sejalan dengan waktu.
Menurut Mc Naughton
dan Wolf (1992) tiap ekosistem memiliki karakteristik yang berbeda, karena
komposisi spesies, komunitas dan distribusi organismenya. Distribusi dalam pola
ruang dan waktu mempunyai dua arti dasar, yaitu merupakan hasil dari respon
organisme – organisme dengan adaptasinya terhadap heterogenitas lingkungan
dalam ruang dan waktu dan organisme – organisme itu sendiri bertindak sebagai
pengubah atau memodifikasi heterogenitas lingkungan. Menurut Odum (1971)
distribusi hewan dipengaruhi oleh ada atau tidaknya batasan – batasan (barrier)
dan individu – individu yang tidak dapat dipisahkan (vagility). Batasan yang
ada di dalam distribusi tidak lepas dari hukum minimal, hukum toleransi dan
gabungan dari dua hukum tersebut. Organisme di alam dikendalikan oleh :
1. Jumlah
dan keragaman material untuk memenuhi kebutuhan minimum dan faktor – faktor
fisik yang ekstrim.
2.
Batas –
batas toleransi organisme itu sendiri terhadap keadaan tertentu dan komponen –
komponen lainnya.
Penyebaran
organisme dari suatu tempat ke tempat lainnya melintasi berbagai faktor
penghalang. Faktor-faktor penghalang ini menjadi pengendali penyebaran
organisme. Faktor penghalang yang utama adalah iklim dan topografi. Selain itu,
faktor penghalang reproduksi dan endemisme menjadi pengendali penyebaran
organisme. Akibat dari hal tersebut di atas maka di permukaan bumi ini
terbentuk kelompok-kelompok hewan dan tumbuhan yang menempati daerah yang
berbeda-beda. Luas daerah yang dapat ditempati tumbuhan maupun hewan, berkaitan
dengan kesempatandan
kemampuanmengadakan
penyebaran.
Penyebaran hewan
berdasarkan luas cakupannya dapat dibedakan menjadi cakupan geografis, cakupan
geologis, dan cakupan ekologis. Cakupan geografis yaitu daerah penyebarannya
meliputi daratan dan sistem perairan. Cakupan geologis, yaitu keadaan daratan
dan lautan di masa lampau. Cakupan ekologis adalah daerah penyebarannya dengan
kondisi lingkungan yang sesuai. Faktor-faktor yang mempengaruhi biota tersebut
adalah adanya tekanan dari individu lain yang mendominasi suatu tempat
tertentu. Faktor lain adanya kompetisi, predator, penyakit, kekurangan
persediaan makanan, perubahan musim dan kurangnya tempat untuk berlindung.
2.3
Ekosistem
Ekosistem
adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.Ekosistem bisa dikatakan
juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling memengaruhi.Ekosistem merupakan penggabungan dari
setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme
dan lingkungan fisik sehingga aliran energi
menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi
antara organisme dan anorganisme.Matahari sebagai sumber dari semua energi yang
ada.
Pembahasan
ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan
faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan,
dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan
organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling
mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
2.3.1
Abiotik
Abiotik atau
komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau
substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian
besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya.Komponen abiotik
dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi
distribusi organisme, yaitu:
1.
Suhu. Proses biologi
dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi
temperatur dalam tubuhnya.
2.
Air. Ketersediaan air
memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun beradaptasi terhadap
ketersediaan air di gurun.
3.
Garam. Konsentrasi
garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui osmosis. Beberapa
organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam
tinggi.
4.
Cahaya matahari.
Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses fotosintesis. Air dapat
menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar
permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang
besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
5.
Tanah dan batu.
Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi
mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber
makanannya di tanah.
6.
Iklim. Iklim adalah
kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro meliputi
iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah
yang dihuni komunitas tertentu.
2.3.2
Biotik
Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk
menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen
yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa).
Distribusi organisme dipengaruhi oleh sejarah, iklim
masa lalu dan susunan atau bentuk benua-benua dan hubungan ekologis masa lalu
dan masa sekarang, serta semua interaksi satu sama lainnya. Ekosistem terbagi
menjadi dua yaitu ekosistem terestrial dan ekosistem perairan. Pada habitat
darat dikenal istilah bioma yaitu daerah habitat yang meliputi skala yang luas.
Berikut adalah macam – macam bioma :
1.
Bioma Gurun dan Setengah Gurun
Bioma gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di
Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia Barat.
Ciri-ciri:
a. Curah hujan
sangat rendah, + 25 cm/tahun
b. Kecepatan
penguapan air lebih cepat dari presipitasi
c. Kelembaban
udara sangat rendah
d. Perbedaan
suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi (siang dapat mencapai 45 C,
malam dapat turun sampai 0 C)
e. Tanah sangat
tandus karena tidak mampu menyimpan air
f. Flora :
tumbuhan yang tumbuh adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan daerah
kering (tumbuhan serofit).
g. Fauna: hewan
besar yang hidup di gurun umumnya yang mampu
menyimpan air, misalnya unta, sedang untuk hewan-hewan kecil misalnya kadal, ular, tikus, semut, umumnya hanya aktif hidup pada pagi hari, pada siang hari yang terik mereka hidup pada lubang-lubang.
menyimpan air, misalnya unta, sedang untuk hewan-hewan kecil misalnya kadal, ular, tikus, semut, umumnya hanya aktif hidup pada pagi hari, pada siang hari yang terik mereka hidup pada lubang-lubang.
2.
Bioma Padang Rumput
Bioma padang
rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah beriklim
sedang, seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan,
Australia.
Ciri-ciri:
a. Curah hujan
antara 25 – 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang rumput curah hujannya dapat
mencapai 100 cm/tahun.
b. Curah hujan yang
relatif rendah turun secara tidak teratur.
c. Turunnya
hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang
baik sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.
d. Flora :
tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan daerah dengan porositas dan drainase
kurang baik adalah rumput, meskipun ada pula tumbuhan lain yang hidup selain
rumput, tetapi karena mereka merupakan vegetasi yang dominan maka disebut
padang rumput. Nama padang rumput bermacam-macam seperti stepa di Rusia
Selatan, puzta di Hongaria, prairi di Amerika Utara dan pampa di Argentina.
e. Fauna :
bison dan kuda liar (mustang) di Amerika, gajah dan jerapah di Afrika, domba
dan kanguru diAustralia. Karnivora : singa, srigala, anjing liar, cheetah.
3.
Bioma Sabana
Bioma sabana adalah padang rumput dengan diselingi oleh gerombolan
pepohonan. Berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, sabana dibedakan
menjadi dua, yaitu sabana murni dan sabana campuran.
a. Sabana murni : bila pohon-pohon yang menyusunnya hanya terdiri atas satu
jenis tumbuhan saja.
b. Sabana campuran : bila pohon-pohon penyusunnya terdiri dari campuran
berjenis-jenis pohon.
4.
Bioma Hutan Tropis
Bioma hutan
tropis merupakan bioma yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan
yang paling tinggi. Meliputi daerah aliran sungai Amazone-Orinaco, Amerika
Tengah, sebagian besar daerah Asia Tenggara dan Papua Nugini, dan lembah Kongo
di Afrika.
Ciri-ciri:
a. Curah
hajannya tinggi, merata sepanjang tahun, yaitu antara 200 – 225 cm/tahun.
b. Matahari
bersinar sepanjang tahun.
c. Dari bulan satu
ke bulan yang lain perubahan suhunya relatif kecil.
d. Di bawah
kanopi atau tudung pohon, gelap sepanjang hari, sehingga tidak ada perubahan suhu
antara siang dan malam hari.
e. Flora : pada
biorna hutan tropis terdapat beratus-ratus spesies tumbuhan. Pohon-pohon utama
dapat mencapai ketinggian 20 – 40 m dengan cabang-cabang berdaun lebat sehingga
membentuk suatu tudung atau kanopi.Tumbuhan khas yang dijumpai adalah liana dan
epifit. Liana adalah tumbuhan yang menjalar di permukaan hutan, contoh : rotan.
Epifit adalah tumbuhan yang menempel pada batang-batang pohon dan tidak
merugikan pohon tersebut, contoh : Anggrek, paku Sarang Burung.
f. Fauna : di
daerah tudung yang cukup sinar matahari, pada siang hari hidup hewan-hewan yang
bersifat diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari, di daerah bawah kanopi
dan daerah dasar hidup hewan-hewan yang bersifat nokfurnal yaitu hewan yang
aktif pada malam hari, misalnya : burung hantu, babi hutan, kucing hutan dan
macan tutul.
5.
Hutan Musim
Di daerah tropis, selain hutan tropis terdapat pula
hutan musim. Ciri tumbuhan yang membentuk formasi hutan musim: Pohon-pohonnya
tahan dari kekeringan dan termasuk tumbuhan tropofit, artinya mampu beradaptasi
terhadap keadaan kering dan keadaan basah pada saat musim kemarau (kering), daunnya
meranggas, sebaliknya saat musim hujan, daunnya lebat. Hutan musim biasa diberi
nama sesuai dengan tumbuhan yang dominan, misalnya: hutan jati, hutan angsana.
Di Indonesia, hutan musim dapat ditemukan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Fauna yang banyak ditemukan rusa, babi hutan dan harimau.
6.
Hutan Lumut
Hutan lumut banyak ditemukan di lereng gunung atau pegunungan yang terletak
pada ketinggian di atas batas kondensasi uap air. Disebut hutan lumut karena
vegetasi yang dominan adalah tumbuhan lumut. Lumut yang tumbuh tidak hanya di
permakean tanah dan bebatuan, tetapi mereka pun menutupi batang-batang pohon
berkayu. Jadi pada hutan lumut, yang tumbuh tidak hanya lumut saja, melainkan
hutan yang banyak pepohonannya yang tertutup oleh lumut. Sepanjang hari hampir
selalu hujan karena kelembaban yang tinggi dan suhu rendah menyebabkan
timbulnya embun terus-menerus.
7.
Bioma Hutan Gugur (Deciduous Forest)
Ciri khas bioma hutan gugur adalah tumbuhannya sewaktu musim dingin,
daun-daunnya meranggas. Bioma ini dapat dijumpai di Amerika Serikat, Eropa
Barat, Asia Timur dan Chili.
Ciri-ciri :
a.
Curah hujan merata sepanjang tahun, 75 – 100 cm/tahun.
b.
Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim
gugur dan musim semi.
c.
Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada
bioma hutan tropis.
d.
Flora dan fauna: Musim panas pada bioma hutan gugur,
energi radiasi matahari yang diterima cukup tinggi, demikian pula dengan
presipitasi (curah hujan) dan kelembaban. Kondisi ini menyebabkan pohon-pohon
tinggi tumbuh dengan baik, tetapi cahaya masih dapat menembus ke dasar, karena
dedaunan tidak begitu lebat tumbuhnya. Konsumen yang ada di daerah ini adalah
serangga, burung, bajing, dan racoon yaitu hewan sebangsa luwak/musang.
Pada saat menjelang musim dingin, radiasi sinar matahari mulai berkurang,
subu mulai turun. Tumbuhan mulai sulit mendapatkan air sehingga daun menjadi
merah, coklat akhirnya gugur, sehingga musim itu disebut musim gugur.
Pada saat musim dingin, tumbuhan gundul dan tidak melakukan kegiatan
fotosentesis. Beberapa jenis hewan melakukan hibernasi (tidur pada musim
dingin). Menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai
berdaun kembali (bersemi) sehingga disebut musim semi.
8.
Bioma Hutan Taiga / Hutan Homogen
Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara subtropika dengan daerah
kutub, seperti di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska dan Kanada.
Ciri-ciri bioma hutan taiga :
a.
Perbedaan antara suhu musim panas dan musim dingin
cukup tinggi, pada musim panas suhu tinggi, pada musim dingin suhu sangat rendah.\
b.
Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas yang
berlangsung antara 3 sampai 6 bulan.
c.
Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon
konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus merkusii (pinus). Keanekaragaman
tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya nyaris seragam, dominan pohon-pohon
konifer karena nyaris seragam, hutannya disebut hutan homogen. Tumbuhannya
hijau sepanjang tahun, meskipun dalam musim dingin dengan suhu sangat rendah.
d.
Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam,
ajak, srigala dan burung-burung yang bermigrasi kedaerah tropis bila musim
dingin tiba. Beberapa jenis hewan seperti tupai dan mammalia kecil lainnya
maupun berhibernasi pada saat musim dingin.
9.
Bioma Hutan Tundra
Bioma ini terletak di kawasan lingkungan Kutub Utara sehingga iklimnya
adalah iklim kutub. Istilah tundra berarti dataran tanpa pohon, vegetasinya
didominasi oleh lumut dan lumut kerak, vegetasi lainnya adalah rumput-rumputan
dan sedikit tumbuhan berbunga berukuran kecil.
Ciri-ciri :
a. Mendapat sedikit
energi radiasi matahari, musim dingin sangat panjang dapat berlangsung selama 9
bulan dengan suasana gelap.
b. Musim panas
berlangsung selama 3 bulan, pada masa inilah vegetasi mengalami pertumbuhan.
c. Fauna khas
bioma tundra adalah “Muskoxem” (bison berhulu tebal) dan Reindeer/Caribou (rusa
kutub).
10.
Hutan Bakau / Mangrove
Hutan bakau/mangrove banyak
ditemukan di sepanjang pantai yang landai di daerah tropik dan subtropik.
Tumbuhan yang dominan adalah pohon bakau (Rhizophora sp), sehingga nama lainnya
adalah hutan bakau, selain pohon bakau ditemukan pula pohon Kayu Api
(Avicennia) dan pohon Bogem (Bruguiera).
Ciri-ciri :
a.
Kadar garam air dan tanahnya tinggi.
b.
Kadar O2 air dan tanahaya rendah.
c.
Saat air pasang, lingkungannya banjir, saat air surut
lingkungannya becek dan berlumpur.
d.
Jenis-jenis hewan yang dapat ditemukan dalam
lingkungan hutan bakau terutama adalah ikan dan hewan-hewan melata (buaya,
biawak) dan burung-burung yang bersarang di atas pohon-pohon bakau.
Ekosistem akuatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ekosistem air tawar
dan ekosistem air laut. Ekosistem air tawar dibedakan menjadi dua, yaitu: ekosistem
air tenang (lentik) misalnya : danau, rawa dan ekosistem air mengalir (lotik)
misalnya : sungai, air terjun.
2.4
Habitat
Kehadiran suatu populasi di suatu tempat dan penyebaran spesies tersebut
di muka bumi, selalu berkaitan dengan habitat dan relung ekologi yang di tempatinya. Secara umum, habitat menunjukan corak lingkungan yang ditempati hewan itu dalam kaitan hubungannya dengan factor-faktor lingkungan biotic dan abiotik. Habitat menurut Mc Naughton dan Wolf (1992) merupakan suatu keadaan yang
lebih umum, yaitu tempat dimana organisme terbentuk dari keadaan luar yang ada
di tempat tersebut, baik secara langsung maupun tak langsung mempengaruhi
organisme tersebut.
Menurut Clements
dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu
spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas. Dalam
ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies
(mereka berbagi habitat yang sama) maka habitat tersebut disebut sebagai
biotop. Sedangkan Bioma adalah sekelompok tumbuhan dan hewan yang tinggal di
suatu habitat pada suatu lokasi geografis tertentu. Menurut Krebs dan Davies
(1978) suatu jenis hewan tidak ditemukan di suatu habitat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu ketidakcocokan habitat, perilaku (seleksi
habitat), kehadiran jenis hewan lain (predator, parasit dan pesaing) dan faktor
kimia-fisika lingkungan yang berada di luar kisaran toleransi jenis hewan yang
bersangkutan.
Habitat makro
merupakan habitat bersifat global dengan kondisi lingkungan yang bersifat umum
dan luas, misalnya: gurun pasir, pantai berbatu karnag, hutan hujan tropika,
dan sebagainya. Sebaliknya habitat mikro merupakan habitat dengan kondisi
lingkungan yang bersifat setempat yang tidak terlalu luas, misalnya, kolam,
rawa payau berlumpur lembek dan dangkal, danau, dan sebagainya.
2.4.1 Relung
(Niche)
Relung ekologi (ecological niche), merupakan terminologi yang lebih inklusif, yang tidak hanya meliputi ruang/tempat yang ditinggali organisme, tetapi juga peranannya dalam komunitas, missal kedudukan pada jenjang (trofik) makanan dan posisinya pada gradient lingkungan:
temperatur, kelembaban, pH, tanah dan kondisi lain yang ada. Relung ekologi menyangkut tempat tinggal, apa yang
diperbuat dan bagaimana jenis lain menjadi kendala baginya.Relung ekologi suatu organism tidak hanya tergantung di mana organism tadi hidup, tetapi juga pada apa yang dilakukan organisme (misal bagaimana organism mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah lingkungan fisik maupun biologi) dan bagaimana organism dihambat oleh spesies lain. Dua jenis makhluk hidup pada habitat yang sama dan
mempunyai relung sama, maka akan terjadi kompetisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Distribusi
dalam pola ruang mempunyai dua arti dasar, yaitu merupakan hasil dari respon
organisme – organisme dengan adaptasinya terhadap heterogenitas lingkungan
dalam ruang dan organisme – organisme itu sendiri bertindak sebagai pengubah
atau memodifikasi heterogenitas lingkungan.Distribusi dalam ruang dan waktu dipelajari dalam ilmu biogeografi.
2.
Faktor - faktor yang mempengaruhi distribusi organism dalam ruang meliputi :
1.) Komponen biotik
2.) Komponen abiotik :
a. Suhu
b. Air
c. Garam
d. Cahaya matahari
e. Tanah dan batu
f. Iklim
DAFTAR PUSTAKA
Clements, Frederic E., and Victor E.
Shelford. 1939. Bio-ecology. New York
: John Wiley & Sons.
Farb,
Peter . 1985. Ekologi. Jakarta : Pustaka
Alam Life
Hamid,
Syamsudin. 2010. Kamus Lengkap Biologi.
Jakarta: Gama Press
Krebs, J. R. and Davies N.B. 1978. Behavioural Ecology : An Evolutionary
Approach. 3rd ed. Blackwell Scientific Publications, London.
Mcnaughton, S.J. , dan Larry
L. Wolf. 1992. Ekologi Umum.
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press
Odum, E.P, 1971. Dasar-dasar ekologi. Edisi ketiga. Yogyakarta
: Universitas Gadjah Mada Press